Second blogpost  di tahun 2013, hmmm…rasanya blog ini hidup segan mati tak mau yah…hehehehe…Tapi sebenernya writernya masih semangat nulis loooh..Cuma lagi pengen coba peruntungan baru di dunia lain..*alesan*..By the way, ini postingan pertama pake blog theme yang baru and FYI, judul blogpostnya doesn’t mean literally yah..:p ….Akhir bulan Februari kemaren sempet utak atik blog, pengennya sih nulis tapi malah cuma ganti theme, bosen ngepink mulu…pengen ganti suasana nih, siapa tau bisa meningkatkan mood untuk menulis dan bisa lebih kreatif lagi…amin.. 🙂

Okay, let’s get to the hot topic! Apa sih yang paling sering diobrolin dengan sesama karyawan selain urusan pekerjaan? Salah satunya pasti ngomongin atasannya…Ya nggak sih? Hayo, ngaku…hehehehe…Di kesempatan kali ini, gw, dalam kapasitas sebagai staff atau karyawan, mencoba menuliskan “curahan hati” *setelah sekian lama vacuum ngeblogging* yang mungkin bisa menginspirasi teman-teman di dunia kerja. Kalo biasanya pemimpin yang menjadi teladan melakukan sharing dan memberikan inspirasi untuk sesama pemimpin, somehow boleh juga dong pemimpin mendengar aspirasi dari bawahannya. Justru menurut gw, saran, feedback dan aspirasi bawahan itu bisa lebih efektif membangun leadership skills kita karena mereka lah yang langsung merasakan gaya kepemimpinan seorang pemimpin. Gw sendiri, punya banyak pemimpin di kantor dari level company, directorate, division, department, sampe level project. Masing-masing punya ciri-ciri kepemimpinan yang berbeda. Hihihihi.. sadar nggak ya kalo biasanya per semester atasan kasih penilaian ke bawahannya, ternyata bawahan juga punya penilaian tersendiri buat para atasannya. Hmm…yang paling bisa gw rasain langsung adalah pemimpin di level project karena kita ‘bersentuhan’ langsung dengan beliau hampir setiap hari.

Ada berbagai experiences yang gw rasakan ketika menghadapi atasan yang memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing.

Ada atasan yang sangat-sangat objektif, ada juga yang subjektif saat memberikan penilaian. Ada atasan yang giving attention to detail and concern terhadap proses yang dilakukan, ada juga yang focus on achievement and performance. Ada atasan yang mampu dengan baik memisahkan antara urusan pribadi dengan urusan pekerjaan, ada juga yang suka bawa-bawa urusan pribadi ke kantor. Ada atasan yang nggak sungkan turun tangan, terjun langsung ke dalam suatu pekerjaan, supportive pada bawahannya, ada juga atasan yang lepas tangan bahkan sampai lempar batu sembunyi tangan sampai-sampai menjelek2an bawahannya ke atasan lainnya *semoga atasan saya bukan tipe yang seperti ini yaaa..amin*. Hehehehe…dan yang paling menyebalkan adalah atasan yang suka menjilat atasannya lagi dengan cara-cara yang menurut gw sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang atasan, atasan yang selalu… hadeeeeh, yah begitulah. Manusia memang tidak ada yang sempurna apalagi dalam hal kepemimpinan. Wajar kalo ada gaya yang gw suka dan ada yang nggak gw suka. Tergantung gimana kita menyikapi dan menanggapinya aja sih. Gimana cara kita maintain hubungan dengan beliau. Meskipun nggak suka, tapi tetep kudu punya unggah-ungguh sama atasan. Sampaikan keluh kesah kita sebagai bawahan dengan cara yang elegan begitu juga sebaliknya, atasan harus bisa memperlakukan bawahannya dengan cara yang elegan pula.

Bagi sebagian orang kadang susah menerima kritik namun jika pemimpin itu ingin maju dan berkembang alangkah baiknya jika beliau mencoba untuk open minded, aktif melakukan improvement, dan tidak pernah merasa puas atas apa yang sudah beliau capai. Bukankah ketika kita ingin atau sudah berada di puncak, kita juga perlu memikirkan bagaimana penopang dibawahnya agar tetap bisa bertahan di puncak? Apakah penopang itu cukup kuat untuk mendukung kita yang sedang berada di puncak? Dan apakah kita pantas berada di puncak tersebut?

Nggak semua pemimpin bisa menemukan cara terbaik untuk meng-encourage bawahannya. Masing-masing bawahan pun memerlukan pendekatan yang berbeda agar dapat memberikan kinerja yang optimal. Pendekatan yang salah mungkin bisa membuat lingkungan kerja kurang harmonis sehingga dapat berujung pada penurunan produktivitas bahkan dapat menyebabkan hilangnya asset berupa human resources alias banyak bawahannya yang resign…hehehehe.

Kalo menurut George R Terry, seorang pemimpin itu harus punya 8 ciri-ciri kepemimpinan, antara lain* :

  1. Energetic, mempunyai kekuatan mental dan fisik.
  2. Stabilitas emosi, tidak boleh mempunyai prasangka jelek terhadap bawahannya, tidak cepat marah dan harus mempunyai kepercayaan diri yang cukup besar.
  3. Human relationship, mempunyai pengetahuan tentang hubungan antara manusia.
  4. Personal motivation, harus mempunyai keinginan untuk menjadi pemimpin dan dapat memotivasi diri sendiri.
  5. Communication skills, atau kecakapan dalam berkomunikasi dan atau bernegosiasi.
  6. Teaching skills, kemampuan atau kecapakan dalam mengajar, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan
  7. Social skills, memiliki kemampuan sosial atau keahlian rasa sosial, agar dapat menjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahannya, suka menolong, senang jika bawahannya maju, peramah, dan luwes dalam bergaul.
  8. Technical competent, kemampuan teknik atau kecakapan menganalisis, merencanakan, mengorganisasikan wewenang, mengambil keputusan, dan mampu menyusun konsep.

Dalam Islam sendiri, seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang minimal memiliki 4 sifat kepemimpinan, antara lain : Shiddiq (perkataan dan perbuatannya benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan firman Allah SWT), dan fathonah (cerdas).

Kadang kita tidak menyadari kalau sebenernya kita adalah seorang pemimpin, minimal adalah pemimpin untuk diri kita sendiri. Dan ingatlah bahwa tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang telah dipimpinnya. Anyway, semoga ‘curahan hati’ ini bisa menjadi inspirasi dan bahan renungan dalam menyambut weekend. Have a super sparkly day!

“A leader is the one who knows the way, goes the ways, and shows the way.”

-John C. Maxwell-

* Reference : http://dr-sihnanto.blogspot.com/2012/12/kepemimpinan-atau-laedership-dalam-islam.html